
Warisan Kerajaan Kutai yang Terjaga Hingga Kini
Tenggarong adalah ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang dikenal sebagai salah satu pusat budaya tertua di Indonesia. Daerah ini memiliki sejarah panjang karena pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Kutai, kerajaan Hindu tertua di Nusantara yang berdiri sejak abad ke-4 Masehi. Sebagai daerah yang sarat nilai sejarah, Tenggarong kaya akan tradisi, kesenian, adat istiadat, dan warisan budaya yang masih dilestarikan hingga kini.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap kebudayaan Tenggarong, mulai dari sejarah, tradisi, kesenian, pakaian adat, hingga upaya pelestarian budaya di tengah arus modernisasi.
Sejarah dan Latar Belakang Kebudayaan Tenggarong
Kerajaan ini mengalami kejayaan pada abad ke-13 hingga ke-17 sebelum kemudian menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara. Selain pengaruh Hindu-Buddha pada masa awal, kebudayaan Tenggarong juga diperkaya oleh masuknya Islam yang dibawa oleh para pedagang dan ulama. Hal ini menciptakan akulturasi budaya yang dapat dilihat dalam tradisi dan kesenian masyarakat Kutai hingga saat ini.
Adat Istiadat dan Tradisi Tenggarong
Tenggarong dikenal dengan berbagai tradisi yang masih dilaksanakan hingga sekarang, salah satunya adalah:
1. Festival Erau
Erau adalah tradisi adat masyarakat Kutai yang awalnya merupakan ritual kerajaan untuk menyambut pengangkatan raja baru. Saat ini, Erau berkembang menjadi festival budaya yang diadakan setiap tahun dan melibatkan berbagai upacara adat, pertunjukan seni, dan atraksi budaya.
Ritual penting dalam Erau antara lain:
- Mengulur Naga: Prosesi menarik naga dari sungai HONDA138 sebagai simbol kesuburan.
- Belimbur: Tradisi saling menyiram air antara masyarakat, yang melambangkan penyucian diri dan kebersamaan.
- Upacara Adat Keraton: Doa bersama di keraton Kutai Kartanegara untuk memohon keselamatan.
2. Tradisi Perkawinan Kutai
Dalam prosesi ini, terdapat acara tepung tawar sebagai bentuk doa restu dan upacara antar belian yang melibatkan iringan musik tradisional.
3. Upacara Adat Dayak
Selain budaya Kutai, masyarakat Dayak yang tinggal di Tenggarong juga mempertahankan tradisi seperti Gawai Dayak, yaitu pesta panen padi yang diiringi tarian dan musik tradisional.
Kesenian Tradisional Tenggarong
Tenggarong kaya dengan kesenian yang menjadi identitas budaya lokal. Beberapa kesenian tradisional yang masih dilestarikan antara lain:
1. Tari Jepen
Tari Jepen adalah tarian khas Kutai yang mendapat pengaruh dari budaya Melayu dan Islam. Gerakannya lincah dan dinamis, diiringi oleh musik tradisional seperti gambus dan gendang. Tari ini sering ditampilkan dalam acara penyambutan tamu dan perayaan adat.
2. Tari Gantar
Tari Gantar merupakan tarian khas suku Dayak yang menggambarkan kegiatan menanam padi. Tarian ini sangat memiliki sarat makna tentang kesuburan dan rasa syukur kepada Tuhan.
3. Seni Musik Tradisional
Musik tradisional di Tenggarong biasanya menggunakan alat musik seperti gambus, gendang, sampe (alat musik petik Dayak), dan gong. Musik ini sering dimainkan dalam upacara adat, pertunjukan seni, maupun acara pernikahan.
Pakaian Adat Tenggarong
Pakaian adat masyarakat Kutai sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu. Untuk pria, pakaian adat berupa baju cekak musang dengan kain sarung dan songkok. Sedangkan wanita memakai kebaya dengan kain batik atau tenun khas Kutai. Pakaian adat ini biasanya dikenakan saat upacara adat, pernikahan, dan festival budaya.
Selain itu, suku Dayak yang tinggal di Tenggarong juga memiliki pakaian adat yang unik dengan hiasan bulu burung enggang dan manik-manik warna-warni.
Kerajinan Tangan Khas Tenggarong
Tenggarong juga dikenal dengan hasil kerajinan tradisionalnya, antara lain:
- Anyaman Rotan: Digunakan untuk membuat tikar, tas, dan peralatan rumah tangga.
- Manik-Manik Dayak: biasanya dibuat sbeagai hiasan, perhiasan, dan aksesoris pakaian.
- Kain Tenun Khas Kutai: Memiliki motif khas dengan warna-warna cerah.
Kerajinan ini tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga menjadi simbol kreativitas dan identitas budaya masyarakat Tenggarong.
Bahasa dan Sastra Tradisional
Bahasa yang digunakan di Tenggarong adalah Bahasa Kutai yang termasuk dalam rumpun bahasa Melayu. Bahasa ini digunakan dalam komunikasi sehari-hari dan dalam acara adat. Selain itu, sastra lisan seperti pantun, syair, dan cerita rakyat masih hidup di tengah masyarakat. Salah.
Kuliner Sebagai Bagian dari Budaya Tenggarong
Kuliner khas Tenggarong juga mencerminkan kekayaan budayanya. Beberapa makanan tradisional yang populer antara lain:
- Nasi Bekepor: Nasi khas Kutai yang dimasak bersamaan Nasi Bekepor: Nasi khas Kutai yang dimasak dengan rempah-rempah dan minyak kelapa.dengan rempah-rempah dan minyak kelapa.
- Sambal Raja: Sambal khas Kutai yang disajikan bersama lauk pauk.
- Gence Ruan: Ikan patin yang dimasak dengan bumbu pedas manis.
Kuliner ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan bahan pangan yang ada di lingkungan sekitar.
Nilai-Nilai Filosofis dalam Budaya Tenggarong
Kebudayaan Tenggarong mengandung nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun, seperti:
- Gotong Royong: Tercermin dalam pelaksanaan festival Erau dan kegiatan adat lainnya.
- Rasa Hormat pada Leluhur: Terlihat dalam upacara adat yang melibatkan doa untuk arwah leluhur.
- Harmoni dengan Alam: Budaya lokal selalu menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam.
Pelestarian Budaya di Tengah Modernisasi
Modernisasi membawa dampak besar terhadap kebudayaan Tenggarong. Namun, masyarakat dan pemerintah daerah terus berupaya melestarikannya melalui:
- Festival Erau Internasional: Menjadi sarana pelestarian budaya sekaligus promosi pariwisata.
- Sanggar Seni: Mengajarkan tari dan musik tradisional kepada generasi muda.
- Digitalisasi Budaya: Memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan kebudayaan Kutai kepada dunia.
Langkah-langkah ini penting agar budaya Tenggarong tetap lestari dan tidak punah oleh arus globalisasi.
Penutup
Dengan sejarah panjang Kerajaan Kutai, tradisi adat yang masih hidup, kesenian yang indah, serta nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, Tenggarong menjadi destinasi budaya yang unik dan berkelas dunia.
Pelestarian budaya bukan hanya sekadar menjaga masa lalu, tetapi juga memastikan identitas daerah tetap terjaga di masa depan.