Budaya Brunei: Harmoni Islam, Tradisi Melayu, dan Modernitas

Brunei Darussalam, negara kecil yang terletak di pantai utara Pulau Kalimantan, terkenal sebagai salah satu negara terkaya di Asia Tenggara berkat kekayaan minyak dan gas bumi. Namun, di balik kemakmurannya, Brunei juga memiliki warisan budaya yang khas. Budaya Brunei merupakan perpaduan antara tradisi Melayu, ajaran Islam, serta pengaruh regional dan modernitas global.

Artikel ini akan membahas budaya Brunei dari berbagai aspek: sejarah dan identitas, agama, bahasa, seni, kuliner, adat istiadat, hingga tantangan modernisasi.


1. Sejarah dan Akar Budaya Brunei

Budaya Brunei berakar pada sejarah panjang Kesultanan Brunei yang berdiri sejak abad ke-14. Pada masa jayanya, Kesultanan Brunei menguasai wilayah luas di Kalimantan, Filipina selatan, hingga sebagian kepulauan Sulu. Sebagai kerajaan maritim, Brunei banyak berinteraksi dengan pedagang Arab, India, dan Tiongkok, yang membawa pengaruh agama, seni, dan perdagangan.

Kejatuhan pengaruh kolonial, terutama Inggris pada abad ke-19, sempat mempersempit wilayah Brunei. Namun, sejak merdeka pada tahun 1984, Brunei berkomitmen menjaga identitas budaya nasional dengan mengusung konsep Melayu Islam Beraja (MIB), yaitu pilar budaya, agama, dan politik negara.


2. Melayu Islam Beraja (MIB)

MIB adalah falsafah negara Brunei yang menjadi dasar kehidupan masyarakat.

  • Melayu merujuk pada akar etnis, bahasa, dan adat istiadat.
  • Islam adalah agama resmi yang mengatur hukum, moral, dan tradisi sosial.
  • Beraja menegaskan sistem monarki konstitusional dengan Sultan sebagai kepala negara sekaligus pemimpin spiritual.

Konsep MIB bukan hanya simbol politik, tetapi juga pedoman kehidupan sehari-hari yang memengaruhi seni, hukum, tata krama, hingga pendidikan.


3. Bahasa dan Identitas Nasional

Bahasa resmi Brunei adalah Bahasa Melayu, khususnya dialek Melayu Brunei. Dialek ini memiliki kosakata dan intonasi khas, berbeda dari Melayu Malaysia atau Indonesia.

Bahasa Inggris juga banyak digunakan, terutama dalam pendidikan tinggi, bisnis, dan diplomasi. Selain itu, terdapat bahasa minoritas seperti Mandarin di kalangan etnis Tionghoa dan bahasa suku-suku pribumi seperti Kedayan, Tutong, dan Belait.


4. Agama dan Kehidupan Spiritual

Lebih dari 80% penduduk Brunei beragama Islam, HONDA138 khususnya aliran Sunni mazhab Syafi’i. Agama memiliki peran dominan dalam kehidupan masyarakat, terlihat dari:

  • Penerapan syariah Islam dalam hukum dan kehidupan sosial.
  • Keharusan berpakaian sopan, terutama bagi perempuan.
  • Aktivitas harian yang mengikuti jadwal salat.

Selain Islam, terdapat komunitas kecil Kristen, Buddha, dan kepercayaan tradisional, yang hidup damai meski ruang ekspresi keagamaan relatif terbatas.


5. Seni dan Arsitektur Tradisional

Seni budaya Brunei sangat erat dengan Islam dan tradisi Melayu.

  • Arsitektur: Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien di Bandar Seri Begawan menjadi simbol budaya sekaligus keagamaan. Dibangun dengan kubah emas dan terletak di tepi laguna buatan, masjid ini dianggap salah satu yang terindah di Asia Tenggara.
  • Ukiran dan tenunan: Seni ukiran kayu, anyaman, serta kain tenun tradisional kain tenunan Brunei (songket) masih dilestarikan. Kain ini sering digunakan dalam upacara pernikahan dan acara kenegaraan.
  • Kaligrafi Islam: Sebagai bentuk seni religius, kaligrafi banyak menghiasi masjid, istana, dan buku keagamaan.

6. Musik dan Tari Tradisional

Musik dan tari di Brunei menggambarkan perpaduan adat Melayu dengan pengaruh Islam.

  • Alat musik tradisional: gendang, gong, dan rebana sering dimainkan dalam acara adat.
  • Adai-adai: nyanyian tradisional nelayan yang menceritakan kehidupan di laut.
  • Tarian Zapin dan Hadrah: dipengaruhi budaya Arab, ditampilkan pada acara keagamaan dan pernikahan.
  • Tarian Joget Brunei: tarian rakyat yang lebih ringan, biasa dimainkan dalam pesta dan perayaan.

7. Kuliner Brunei

Kuliner Brunei memiliki kemiripan dengan masakan Melayu dan sebagian besar halal karena pengaruh Islam.

Beberapa hidangan khas:

  • Ambuyat: makanan nasional, berupa pati sagu kental yang dimakan dengan lauk pauk dan sambal.
  • Nasi Katok: nasi dengan ayam goreng dan sambal sederhana, sangat populer di kalangan masyarakat.
  • Rendang dan satay: pengaruh dari Indonesia dan Malaysia, tetapi menjadi bagian kuliner Brunei sehari-hari.
  • Kuih tradisional: seperti kuih cincin, kuih penyaram, dan kuih kelupis.

Selain itu, teh tarik dan kopi juga menjadi minuman favorit, terutama saat berkumpul bersama keluarga atau teman.


8. Adat Istiadat dan Kehidupan Sosial

Budaya Brunei menjunjung tinggi nilai adat resam Melayu dan ajaran Islam.

  • Pernikahan: prosesi panjang dengan upacara adat seperti berbedak, akad nikah, hingga bersanding. Kain tenunan Brunei biasanya digunakan oleh pengantin.
  • Sopan santun: berbicara dengan bahasa halus, menghormati orang tua, dan mengutamakan gotong royong adalah nilai penting.
  • Pakaian tradisional: laki-laki mengenakan baju Melayu dengan songkok, sementara perempuan memakai baju kurung atau kebaya panjang, ditambah hijab sesuai aturan Islam.

9. Festival dan Perayaan

Sebagai negara Islam, sebagian besar perayaan di Brunei berkaitan dengan hari besar keagamaan.

  • Hari Raya Aidilfitri: dirayakan meriah dengan tradisi rumah terbuka. Sultan juga menggelar acara terbuka untuk rakyat.
  • Hari Raya Aidiladha: ditandai dengan penyembelihan hewan kurban.
  • Maulidur Rasul: peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan parade dan doa bersama.
  • Hari Kebangsaan Brunei (23 Februari): dirayakan dengan parade militer, pertunjukan budaya, dan acara kenegaraan.

Festival budaya tradisional, meski lebih jarang, tetap dilestarikan, terutama di kalangan etnis minoritas.


10. Tantangan Modernisasi dan Pelestarian Budaya

Sebagai negara makmur dengan pengaruh global yang kuat, Brunei menghadapi tantangan menjaga identitas budaya. Generasi muda terpapar budaya pop dari negara tetangga seperti Malaysia, Indonesia, dan Barat.

Namun, pemerintah Brunei aktif melestarikan budaya melalui:

  • Pendidikan berbasis MIB.
  • Dukungan terhadap seni tradisional, tenun, dan musik.
  • Festival dan acara budaya resmi.
  • Promosi wisata budaya, meski masih terbatas karena Brunei lebih menekankan konservatisme.

Kesimpulan

Budaya Brunei adalah harmoni antara Islam, tradisi Melayu, dan pengaruh modern. Falsafah Melayu Islam Beraja menjadikan Brunei unik dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Dari masjid megah, kain tenunan tradisional, tari zapin, hingga makanan khas ambuyat, semuanya mencerminkan identitas bangsa yang kaya tradisi namun tetap modern.

Meski tantangan globalisasi terus hadir, Brunei menunjukkan bahwa budaya dapat tetap hidup jika dijaga dengan kesadaran nasional. Dengan demikian, Brunei bukan hanya negara makmur secara ekonomi, tetapi juga kaya secara budaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *