
Palembang, ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, dikenal luas sebagai salah satu kota tertua di Indonesia dengan sejarah yang panjang dan budaya yang begitu kaya. Kota ini pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim besar yang berjaya pada abad ke-7 hingga ke-13. Jejak kejayaan tersebut masih dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan masyarakat Palembang saat ini, baik dalam tradisi, kesenian, kuliner, maupun gaya hidup sehari-hari. Budaya Palembang bukan hanya sekadar warisan masa lalu, melainkan juga identitas yang terus hidup, berkembang, dan menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sejarah dan Identitas Palembang
Sebagai bekas pusat Kerajaan Sriwijaya, Palembang menyimpan jejak peradaban yang berpengaruh besar terhadap penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Tidak hanya itu, kedatangan pedagang Arab, India, Cina, serta Eropa juga turut memperkaya corak budaya masyarakat. Perpaduan inilah yang membuat Palembang memiliki identitas khas, penuh dengan nilai historis sekaligus terbuka pada pengaruh luar.
Budaya Palembang dapat dipahami sebagai hasil akulturasi dari berbagai tradisi yang membentuk harmoni. Di satu sisi, masyarakat masih menjaga adat Melayu yang kuat, namun di sisi lain mereka juga menerima pengaruh dari Jawa, Arab, dan Cina, yang tercermin dalam bahasa, makanan, maupun kesenian.
Tradisi dan Adat Istiadat
Budaya Palembang memiliki ciri khas pada tradisi pernikahannya, yang dipenuhi dengan simbol dan makna mendalam. Dalam pernikahan adat Palembang, prosesi yang dikenal dengan Cacak Burung dan Tepung Tawar menjadi bagian penting. Busana pengantin Palembang juga sangat khas dengan mahkota tinggi yang disebut Aesan Gede. Pakaian ini mencerminkan kejayaan kerajaan masa lalu dengan nuansa emas yang megah, memperlihatkan keanggunan serta kemewahan.
Selain itu, masyarakat Palembang juga masih melestarikan upacara adat lain, seperti Sedekah Rame yang dilakukan setelah panen, sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas hasil bumi. Tradisi ini biasanya diiringi doa, musik, dan jamuan makanan khas.
Kesenian Tradisional
Kesenian merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya Palembang. Salah satu tarian tradisional yang terkenal adalah Tari Gending Sriwijaya, yang biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu agung. Tarian ini menggambarkan keramahan masyarakat Palembang sekaligus mengingatkan pada kejayaan Sriwijaya. Penarinya mengenakan busana gemerlap dengan dominasi warna emas, lengkap dengan aksesoris megah yang memperlihatkan kebesaran budaya Melayu-Palembang.
Selain tari-tarian, Palembang juga memiliki kesenian musik tradisional yang khas. Musik Gamelan Palembang dan Gendang Melayu sering dimainkan dalam berbagai acara adat maupun hiburan. Ada juga Dulmuluk, seni teater tradisional yang memadukan unsur drama, musik, dan syair. Pertunjukan Dulmuluk biasanya mengangkat kisah kepahlawanan, cinta, maupun cerita rakyat yang berkembang di masyarakat.
Kuliner sebagai Cerminan Budaya
Salah satu identitas kuat budaya Palembang hadir lewat kulinernya, terutama pempek yang dibuat dari ikan dan sagu, lalu dinikmati dengan kuah cuko khas bercampur rasa pedas, asam, dan manis. Pempek tidak hanya makanan, tetapi juga simbol keterikatan masyarakat dengan sungai dan hasil ikannya.
Selain pempek, ada juga kuliner lain yang mencerminkan kekayaan budaya, seperti:
- Tekwan, sup khas Palembang, terbuat dari adonan ikan yang direbus dalam kaldu udang beraroma sedap.
Pindang Patin, masakan ikan dengan kuah berwarna kuning kemerahan yang asam pedas.
- Kue Maksuba, kue Iapis khas PaIembang yang biasanya dihidangkan saat Iebaran atau hajatan.
- Kue Delapan Jam adalah sajian tradisional Palembang yang dimasak dengan cara dikukus selama delapan jam, sehingga menjadi simbol kesabaran dan ketelatenan.
Melalui kuliner, masyarakat Palembang menunjukkan identitas mereka sebagai kota HONDA138 sungai yang subur dengan hasil laut, sekaligus kaya rempah berkat pengaruh perdagangan masa lalu.
Kehidupan Religius dan Toleransi
Masyarakat Palembang mayoritas beragama Islam, tetapi toleransi antarumat beragama sangat terjaga. Hal ini terlihat dari keberadaan rumah ibadah berbagai agama yang berdiri berdampingan, seperti masjid, gereja, dan klenteng. Salah satu ikon religius yang terkenal adalah Masjid Agung Palembang, peninggalan abad ke-18 yang mencerminkan perpaduan arsitektur Melayu, Cina, dan Eropa.
Selain itu, terdapat pula Kelenteng Cheng Ho yang menjadi simbol akulturasi budaya Tionghoa dan Palembang. Kehidupan religius ini semakin memperkaya khazanah budaya kota, memperlihatkan keharmonisan yang telah diwariskan turun-temurun.
Festival dan Perayaan Budaya
Palembang memiliki berbagai festival yang meriah dan menarik wisatawan. Festival Sriwijaya misalnya, digelar setiap tahun untuk memperingati kejayaan kerajaan maritim tersebut. Festival ini menampilkan tarian, drama kolosal, pameran budaya, hingga lomba olahraga tradisional.
Selain itu, ada juga Festival Musi Triboatton, sebuah perlombaan perahu tradisional yang diadakan di Sungai Musi. Acara ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga simbol kebersamaan masyarakat yang hidup berdampingan dengan sungai.
Batik dan Songket Palembang
Salah satu kebanggaan budaya Palembang adalah kain tenun Songket Palembang. Kain ini dibuat dengan benang emas dan perak yang membentuk motif indah, sering kali melambangkan filosofi kehidupan atau keagungan kerajaan. Songket Palembang bahkan sudah diakui sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang mendunia.
Selain songket, Palembang juga memiliki Batik Palembang yang motifnya berbeda dengan batik Jawa. Motif batik Palembang sering menggambarkan flora dan fauna sungai serta simbol-simbol kerajaan. Hingga kini, songket dan batik Palembang masih digunakan dalam upacara adat maupun acara formal, menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya tetap terjaga.
Tantangan Pelestarian Budaya
Di era globalisasi, budaya Palembang menghadapi tantangan besar. Modernisasi, gaya hidup praktis, serta pengaruh budaya luar membuat generasi muda cenderung melupakan tradisi. Meski begitu, upaya pelestarian terus dilakukan, baik oleh pemerintah maupun komunitas lokal. Pendidikan budaya di sekolah, promosi pariwisata, hingga festival budaya menjadi langkah nyata untuk menjaga identitas kota.
Kesadaran generasi muda terhadap pentingnya menjaga budaya juga semakin meningkat. Banyak komunitas seni, kelompok pecinta sejarah, hingga pengrajin kain songket yang melibatkan anak-anak muda dalam proses pelestarian. Hal ini menjadi harapan agar budaya Palembang tetap hidup dan berkembang di masa depan.
Penutup
Budaya Palembang adalah cermin dari perjalanan panjang sejarah, akulturasi tradisi, dan identitas yang terbentuk sejak zaman Sriwijaya hingga kini. Kemegahan adat, kedalaman makna dalam tarian, kuliner yang mendunia, serta keanggunan songket menjadi mozaik budaya yang membuat Palembang istimewa dibandingkan daerah lain.
Di tengah derasnya arus globalisasi, menjaga dan melestarikan budaya Palembang adalah tanggung jawab bersama. Sebab, melalui budaya, kita tidak hanya belajar tentang masa lalu, tetapi juga menemukan jati diri dan arah masa depan. Palembang akan terus dikenal, bukan hanya sebagai kota pempek atau Sungai Musi, tetapi juga sebagai kota dengan warisan budaya yang kaya dan membanggakan.