
Letaknya yang strategis membuat daerah ini memiliki keragaman budaya yang unik, terbentuk dari interaksi antara masyarakat pesisir, pegunungan, serta pengaruh budaya Madura dan Jawa. Budaya khas Probolinggo merupakan perpaduan harmonis antara adat istiadat lokal, seni tradisional, bahasa, hingga kuliner yang khas.
1. Sejarah dan Latar Belakang Budaya
Probolinggo memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Mataram. Daerah ini juga pernah menjadi pusat perdagangan penting karena pelabuhannya yang ramai sejak zaman kolonial Belanda.
Masyarakat Probolinggo terdiri dari berbagai etnis, seperti Suku Jawa, Madura, dan Tengger. Setiap kelompok membawa serta adat dan tradisi masing-masing, yang kemudian melebur menjadi kebudayaan lokal yang kaya.
2. Suku Tengger dan Tradisi Yadnya Kasada
Salah satu kekayaan budaya Probolinggo yang paling terkenal adalah tradisi Yadnya Kasada, yang berasal dari masyarakat Suku Tengger di kawasan Gunung Bromo. Yadnya Kasada adalah upacara adat yang dilakukan setiap tahun pada bulan Kasada (kalender Tengger) sebagai bentuk persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan leluhur mereka.
Dalam prosesi ini, masyarakat Tengger membawa sesaji berupa hasil bumi, makanan, hingga hewan ternak ke kawah Gunung Bromo dan melemparkannya ke dalam kawah sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan keselamatan.
Yadnya Kasada bukan hanya menjadi atraksi budaya, tetapi juga memperlihatkan kedekatan masyarakat dengan alam serta kuatnya ikatan tradisional dalam kehidupan mereka.
3. Seni Tradisional
a. Tari Glipang
Tari ini memiliki nuansa maskulin dan kental dengan semangat perjuangan. Tari Glipang awalnya merupakan bentuk hiburan rakyat yang terinspirasi dari gerakan silat dan musik tradisional Madura.
Glipang memiliki unsur tarian, musik, dan teater yang menggambarkan kisah-kisah kepahlawanan dan nilai-nilai moral. Biasanya ditampilkan saat acara adat, penyambutan tamu, atau perayaan penting.
b. Musik Tong-Tong
Musik Tong-tong, yang berasal dari kebudayaan Madura, HONDA138 juga banyak dijumpai di wilayah Probolinggo, khususnya di daerah pesisir yang banyak dihuni masyarakat keturunan Madura. Alat musik yang digunakan sederhana seperti kentongan dari bambu dan kaleng bekas, namun dapat menghasilkan irama yang dinamis dan atraktif.
Musik ini sering ditampilkan dalam acara rakyat, perayaan kemerdekaan, atau arak-arakan.
4. Bahasa dan Dialek
Di wilayah kota, mayoritas masyarakat menggunakan bahasa Jawa dialek pesisir. Sementara di daerah pedalaman dan pegunungan, seperti kawasan Bromo, digunakan bahasa Tengger yang merupakan turunan kuno dari bahasa Jawa Kuno.
Menariknya, bahasa Tengger nyaris tidak berubah sejak zaman Majapahit dan dianggap sebagai salah satu bahasa Jawa kuno yang masih hidup hingga kini.
5. Kuliner Tradisional
Budaya tidak bisa dilepaskan dari kuliner, dan Probolinggo memiliki banyak makanan khas yang mencerminkan karakter masyarakatnya yang sederhana, kreatif, dan terbuka terhadap pengaruh luar.
a. Anggur Probolinggo
Probolinggo dijuluki sebagai “Kota Anggur” karena keberhasilannya dalam membudidayakan buah anggur sejak zaman kolonial
b. Soto Kraksaan
Makanan ini menjadi favorit masyarakat lokal dan sering disajikan dalam berbagai acara penting.
c. Nasi Serpang
Merupakan hidangan khas Madura yang juga populer di Probolinggo. Nasi Serpang disajikan dengan aneka lauk seperti sate, sambal petis, pepes, dan jeroan yang menggugah selera.
d. Tape Probolinggo
Rasanya manis asam, dan sering dijadikan oleh-oleh khas dari kota ini.
6. Adat Istiadat dan Tradisi Lokal
Selain Yadnya Kasada, masyarakat Probolinggo juga memiliki berbagai tradisi lokal yang masih dijaga hingga kini.
a. Sedekah Laut
Sebagai daerah pesisir, masyarakat nelayan di Probolinggo mengadakan ritual sedekah laut setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur atas hasil laut. Mereka melarung sesaji ke laut sambil berdoa untuk keselamatan dan rezeki yang berlimpah.
b. Unan-Unan
Tradisi ini biasanya berupa arak-arakan, pembacaan sholawat, dan pembagian makanan kepada masyarakat.
7. Kearifan Lokal dan Nilai Sosial
Budaya khas Probolinggo juga tercermin dalam nilai-nilai sosial masyarakatnya yang menjunjung tinggi gotong royong, sopan santun, serta semangat toleransi. Masyarakat pedesaan di Probolinggo masih menjaga budaya kerja bakti, seperti bersih desa, perbaikan jalan bersama, hingga gotong royong saat panen.
Di daerah Tengger, terdapat sistem sosial yang unik bernama “Peseketan” yang mengatur kehidupan masyarakat agar hidup harmonis dengan alam dan sesama. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kerja keras masih dijunjung tinggi.
8. Pakaian Adat
Masyarakat Tengger memiliki pakaian adat yang khas, terutama saat upacara Kasada. Para pria biasanya mengenakan kain sarung dengan ikat kepala (iket), sementara perempuan memakai kebaya dengan selendang. Warna-warna yang digunakan biasanya gelap, melambangkan kesederhanaan dan kesakralan.
Sementara masyarakat Madura yang tinggal di Probolinggo juga mempertahankan pakaian adat seperti baju bodo dan kain batik dengan motif khas pesisir.
9. Pendidikan Budaya Lokal
Untuk menjaga kelestarian budaya, beberapa sekolah di Probolinggo mulai mengintegrasikan pendidikan budaya lokal ke dalam kurikulum. Anak-anak diajarkan tarian tradisional, bahasa daerah, dan sejarah lokal agar mereka memahami dan mencintai warisan leluhur.
Beberapa sanggar seni dan komunitas budaya juga aktif mengadakan pelatihan dan pertunjukan untuk menarik minat generasi muda.
Penutup
Budaya khas Probolinggo adalah cerminan dari keberagaman, sejarah panjang, serta kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Dari tradisi Suku Tengger di pegunungan hingga semangat nelayan di pesisir, Probolinggo menawarkan kekayaan budaya yang tidak hanya indah, tetapi juga penuh makna.
Melestarikan budaya Probolinggo bukan hanya tugas masyarakat lokal, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama dalam menjaga identitas dan warisan bangsa. Dalam era modernisasi, budaya lokal seperti ini perlu terus dikenalkan kepada generasi muda agar tidak hilang ditelan zaman.